Panggung Kejahatan Bernama “Beras Premium”

Wajahsiberindonesia.com, Batam – Di negeri yang katanya subur makmur ini, sebuah ironi busuk mengendap di balik karung-karung beras yang diberi label “premium.” Di rak-rak swalayan, produk itu tampak elegan. Tapi di balik kemasan manis itu, tersimpan racun moral dan kejahatan sistemik yang terorganisir rapi.

NSNG, perusahaan yang beroperasi di kawasan industri Mega Cipta, Batuampar, tak sekadar dituding mengoplos beras. Mereka diduga menjadi sutradara utama dari pertunjukan tipu daya massal: menggabungkan beras kualitas rendah dengan medium, menyulapnya dalam kemasan premium, lalu menyalurkannya ke pasar, masuk ke rumah tangga, dan berakhir di piring makan anak-anak.

Ini bukan sekadar praktik curang. Ini pembunuhan perlahan terhadap kepercayaan publik. Ini pelecehan terhadap hak dasar rakyat atas pangan yang sehat dan layak.

“Semua tahu. Tapi tak ada yang berani gerak. Sudah ada beking. Ini bagian dari sistem,” ungkap seorang sumber internal, dengan nada getir dan waspada.

Kalimat itu lebih dari sekadar pengakuan. Itu adalah bukti bahwa kejahatan ini tidak berdiri sendiri. Ia hidup di dalam sistem yang sudah busuk: dilindungi, dibekingi, dan didiamkan.

Lalu, di mana negara?

Satgas Pangan tak lebih dari dekorasi kosong. Dinas Perdagangan kehilangan taring. Bea Cukai dan aparat hukum di Kepri seolah bisu dan lumpuh. Mereka memilih diam, padahal tahu. Dan diam dalam kejahatan adalah bentuk paling keji dari pengkhianatan terhadap rakyat.

Pelanggaran ini melintasi batas administrasi. Ini adalah kriminal ekonomi. Pelanggaran atas UU Perlindungan Konsumen, UU Pangan, hingga UU Perdagangan. Ancaman hukuman lima tahun dan denda miliaran rupiah seolah tak berarti di hadapan uang kotor yang terus mengalir.

Apa yang dilakukan NSNG bukan hanya manipulasi produk. Ini adalah bentuk kolonialisme gaya baru—dijalankan oleh anak bangsa sendiri, terhadap rakyatnya sendiri. Kita sedang menyaksikan bagaimana perut rakyat dijadikan komoditas eksploitasi oleh segelintir elite ekonomi dan birokrat yang menggadaikan nurani.

Tim Investigasi tidak akan diam. Kami tak akan berhenti hingga aktor-aktor intelektual di balik skema kejahatan ini diseret ke hadapan publik. Mulai dari pemilik modal tamak, aparat yang main mata, hingga pejabat pengecut yang lebih takut kehilangan jabatan ketimbang membela kebenaran.

Kami membuka kanal pelaporan rahasia. Jika Anda punya dokumen, bukti, atau kesaksian—suara Anda bisa menjadi peluru kebenaran. Identitas Anda aman bersama kami.

Rakyat Indonesia pantas marah. Marah karena dijebak oleh sistem yang berpura-pura melindungi. Dan ketika keadilan tak lagi berpihak, maka perlawanan sipil adalah jalan terakhir.

Ini bukan hanya soal beras. Ini soal harga diri bangsa.(Tim)