Menyongsong Hari Santri 2025: Mengawal Indonesia Menuju Peradaban Dunia

Wajahsiberindonesia.comDalam rangka menyambut Hari Santri 2025, Kementerian Agama menegaskan kembali peran krusial santri dan pesantren dalam menjaga moral bangsa serta menjadi motor penggerak peradaban dunia. Semangat ini diusung dalam tema Hari Santri 2025: “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.”

Dirjen Pendidikan Islam, Suyitno, menjelaskan bahwa tema ini mencerminkan refleksi historis sekaligus tantangan di masa depan. “Pesantren bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi juga benteng perjuangan bangsa. Semangat Resolusi Jihad 1945 menunjukkan peran ulama, kiai, dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan. Kini, semangat itu harus kita lanjutkan untuk menghadapi tantangan zaman,” ujar Suyitno di sela persiapan rilis pembukaan rangkaian peringatan Hari Santri di Pesantren Tebuireng, Jombang, Senin (22/9/2025).

Suyitno menekankan bahwa pesantren selalu mengajarkan nilai-nilai moderasi dan toleransi. “Jika ada oknum yang menyalahgunakan nama pesantren untuk kepentingan ekstrem, itu bukan cerminan nilai pesantren. Kitab kuning dan tradisi keilmuan pesantren justru melahirkan sikap inklusif dan pluralisme,” tegasnya.

Digitalisasi dan Kemandirian Pesantren

Suyitno juga mengungkapkan bahwa digitalisasi telah merambah dunia pesantren. Baik pesantren salafiyah yang menjaga tradisi, maupun khalafiyah yang adaptif dengan modernisasi, keduanya berkembang berdampingan dan mulai mengintegrasikan teknologi ke dalam praktik mereka.

Meskipun ada banyak tantangan, seperti keterbatasan fasilitas dan sumber daya, Suyitno percaya bahwa dari keterbatasan tersebut lahir nilai kemandirian. “Tidak ada pesantren negeri. Semua lahir dari masyarakat, dan dari sanalah santri ditempa menjadi pribadi yang tangguh, hidup prihatin, dan mandiri,” ujarnya.

Pemerintah kini memperkuat kemandirian pesantren melalui program inkubasi ekonomi, mendorong usaha di bidang perikanan, pertanian, hingga industri kreatif. Pesantren telah berkembang menjadi pusat ekonomi lokal yang memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya.

Program Sosial untuk Masyarakat

Hari Santri 2025 akan ditandai dengan dua program sosial berskala nasional: Gerakan Ekoteologi “Satu Santri Satu Pohon”, di mana santri menanam dan merawat pohon di 34 provinsi, serta Gerakan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dan Makan Bergizi Gratis (MBG), di mana ratusan pesantren membuka layanan kesehatan dan gizi, terutama bagi anak-anak dan lansia di sekitar pesantren.

“Menanam itu mudah, merawat yang sulit. Oleh karena itu, kami dorong santri tidak hanya menanam, tetapi juga bertanggung jawab dalam menjaga pohon yang ditanam. Begitu pula dengan kesehatan, santri yang sehat adalah modal utama untuk membangun bangsa,” kata Suyitno.

Penanganan Perundungan di Pesantren

Terkait isu perundungan, Dirjen Pendidikan Islam menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan regulasi untuk pencegahan dan penindakan. Pengawasan akan melibatkan Majelis Masyayikh sebagai forum internal pesantren, bersinergi dengan regulasi pemerintah.

“Penanganan harus dilakukan dari dalam dan luar. Dari dalam ada para kiai, sedangkan dari luar pemerintah menyiapkan regulasi. Sinergi ini diharapkan efektif untuk mencegah dan menindak setiap kasus,” ujarnya.

Rangkaian Hari Santri 2025 akan ditutup dengan Malam Bakti Santri untuk Negeri bersama Presiden Prabowo Subianto. Momen ini diharapkan dapat menegaskan kembali kontribusi santri sejak masa kemerdekaan hingga era modern, sekaligus menampilkan santri sebagai bagian dari profesi-profesi strategis di negeri ini.

“Santri tidak hanya dikenal sebagai ahli doa. Kini mereka hadir di birokrasi, akademisi, bahkan militer. Ini adalah bukti bahwa negara memberikan pengakuan setara kepada santri,” pungkas Suyitno.

Sumber; kemenag.go.id