Skandal Morena Batam: Pekerja Dipaksa Tampil Vulgar dan “Open BO”, Serikat Buruh: Ini Eksploitasi Manusia!

Wajahsiberindonesia.com, Batam, – Dunia malam Batam kembali tercoreng. Klub malam ternama, Morena, kini menjadi sorotan publik setelah dugaan pelanggaran berat terhadap hak-hak pekerja mencuat ke permukaan. Bukan sekadar pelanggaran administratif, tetapi tindakan yang menjurus pada eksploitasi seksual terselubung dan perdagangan manusia berkedok hiburan malam.

Salah satu korban, yang identitasnya kami rahasiakan demi keamanan, membongkar praktik biadab yang diterapkan oleh sebuah agensi berinisial DS yang bekerja sama dengan pihak manajemen Morena. Perempuan muda tersebut mengaku dipaksa tampil dengan bikini, bra dan celana dalam yang vulgar, dan lebih buruknya, “open BO” dengan kode CD3 dijadikan bagian dari ‘aturan kerja’.

Saya masuk Morena karena dijanjikan kerja sebagai dancer biasa, tapi setelah masuk, aturannya berubah total. Harus buka-bukaan, bahkan wajib ikut ‘open BO’. Kalau tidak mau, kami diancam blacklist,” ungkap korban dengan suara bergetar.

Lebih mengerikan lagi, saat korban ingin mengundurkan diri, pihak agensi DS secara arogan menyatakan:

Kamu sudah masuk Morena, wajib kerja. Tidak bisa mundur.”

Ketua Serikat Buruh 1992, Paestha Debora, SH, mengecam keras kejadian ini dan menyebutnya sebagai bentuk eksploitasi sistematis terhadap perempuan dan pelanggaran brutal terhadap Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Ini bukan sekadar pelanggaran administratif. Ini pelecehan seksual, eksploitasi tenaga kerja, dan bahkan bisa dikategorikan sebagai perdagangan manusia. Negara tidak boleh tutup mata. Di mana Disnaker? Di mana pengawasan aparat? Mengapa club ini tetap beroperasi seolah tak tersentuh hukum?” tegas Debora.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja jelas melindungi pekerja dari perlakuan tidak manusiawi. Namun sayangnya, kenyataan di lapangan justru menunjukkan lemahnya pengawasan serta dugaan adanya pembiaran sistematis dari berbagai pihak.

Pihak agensi DS juga disorot karena diduga tidak memiliki legalitas resmi sebagai penyedia tenaga kerja. Namun anehnya, mereka bebas merekrut, mengatur, bahkan “menghukum” pekerja layaknya majikan. Situasi ini menimbulkan pertanyaan serius: apakah ada oknum aparat atau pejabat yang ikut bermain dalam pembiaran ini?

Debora menegaskan, pihaknya telah membuka posko pengaduan khusus dan siap menempuh jalur hukum hingga ke tingkat nasional.

Kalau pemerintah lokal diam, kami akan bawa ini ke pusat. Negara harus hadir dan membongkar kartel eksploitasi ini.”

Beberapa korban lain yang berhasil ditemui awak media juga mengaku mengalami trauma berat, bahkan ada yang mengaku pernah dipaksa menari setengah telanjang di hadapan tamu dengan dalih “aturan klub.”

Kami hanya ingin kerja halal. Tapi kami dipaksa tunduk pada sistem busuk,” ujar salah satu pekerja.

 

Desakan dari masyarakat sipil, aktivis, dan organisasi buruh agar dilakukan audit total terhadap manajemen Klub Morena dan legalitas agensi DS semakin kuat. Mereka menuntut penutupan tempat hiburan malam yang terbukti memperdagangkan martabat pekerja demi keuntungan.

Pihak Morena dan agensi DS belum memberikan klarifikasi resmi. Pemerintah daerah, Disnaker Batam, serta aparat penegak hukum juga belum mengeluarkan pernyataan terbuka. Sayangnya, diamnya mereka hanya memperkuat asumsi bahwa pelanggaran ini memang dibiarkan.

Jika pemerintah dan aparat tidak segera bertindak, maka kita harus bertanya: apakah hukum hanya berlaku untuk rakyat kecil? Apakah martabat manusia bisa dibarter dengan keuntungan bisnis malam?

Sampai berita ini di naikan belum ada lagi konfirmasi dari pihak terkait.
( Team )