Wajahsiberindonesia.com , Jakarta – Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat kembali mengemuka, kali ini merembet ke ranah olahraga. Usai insiden serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Qatar, muncul wacana politis yang mengusulkan agar tim nasional Iran tidak dijadwalkan bermain di wilayah Amerika Serikat saat gelaran Piala Dunia 2026 mendatang.
Sebagaimana diketahui, Piala Dunia 2026 akan diselenggarakan secara bersama oleh tiga negara: Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko. Namun eskalasi konflik terbaru memunculkan pertanyaan krusial: apakah Iran akan diizinkan bermain di “tanah musuh”?
Latar Belakang Ketegangan Iran-AS
Hubungan diplomatik Iran dan AS sudah memburuk sejak 1979 dan mencapai titik panas baru pasca-serangan militer Amerika terhadap fasilitas nuklir Iran pada awal Juni 2025. Balasan berupa rudal ke pangkalan Al Udeid di Qatar semakin memperuncing konflik.
Meskipun olahraga kerap disebut “netral”, sejarah menunjukkan bahwa politik kerap menjadi penentu. Pada Olimpiade 1980 dan 1984, boikot antarblok terjadi. Kini, ancaman serupa membayangi Piala Dunia.
Wacana Penghindaran Iran dari Venue AS
Beberapa pengamat internasional menyebut skenario alternatif agar Iran, jika lolos ke putaran final, hanya bermain di Kanada dan Meksiko. Tiga kemungkinan yang kini ramai dibahas:
-
Rotasi Venue Khusus: FIFA mengatur semua pertandingan Iran di luar wilayah AS demi keamanan dan stabilitas politik.
-
Penarikan Sukarela: Iran secara sepihak menolak bermain di wilayah AS dan meminta relokasi laga.
-
Sanksi Diplomatik atau Boikot Sepihak: AS atau negara sekutu menekan FIFA agar Iran tidak bertanding di wilayah mereka, atau bahkan didiskualifikasi.
Namun, skenario-skenario ini bertentangan dengan prinsip FIFA yang menolak campur tangan politik dalam olahraga. Jika diterapkan, akan menimbulkan preseden berbahaya bagi penyelenggaraan turnamen global di masa depan.
Respon FIFA dan Pihak Terkait
Hingga kini, FIFA belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait wacana ini. Namun Presiden FIFA, Gianni Infantino, dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa semua negara peserta akan diperlakukan sama dan turnamen akan berlangsung “bebas dari tekanan politik”.
Di sisi lain, Asosiasi Sepak Bola Iran (FFIRI) menyatakan siap mengikuti aturan yang berlaku dan berharap turnamen berlangsung netral. Namun dalam sidang Majelis Nasional Iran, sejumlah anggota parlemen menolak keras kemungkinan laga Iran dimainkan di AS.
Olahraga di Tengah Badai Diplomasi
Piala Dunia 2026 tampaknya bukan hanya panggung pertarungan sepak bola, melainkan juga arena diplomasi global. Dengan konflik yang terus memanas, skenario untuk mencegah Iran bertanding di wilayah Amerika Serikat bisa menjadi kenyataan—jika tekanan politik melampaui prinsip-prinsip netralitas olahraga.
Namun pada akhirnya, keputusan akan berpulang pada FIFA dan kekuatan opini publik dunia: apakah akan membiarkan geopolitik merusak semangat kompetisi, atau mempertahankan olahraga sebagai ruang damai di tengah krisis?
sumber:cnnindonesia.com