Wajahsiberindonesia.com, Jakarta — Kenakalan remaja kini menjadi isu sosial yang semakin kompleks dan memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Dari aksi tawuran, penyalahgunaan narkoba, perundungan (bullying), hingga keterlibatan dalam geng motor dan kriminalitas jalanan, potret perilaku menyimpang remaja Indonesia semakin mengkhawatirkan.
Menurut data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), tren kenakalan remaja mengalami peningkatan dalam lima tahun terakhir, seiring dengan pengaruh lingkungan, media sosial, hingga lemahnya kontrol keluarga.
“Banyak faktor yang memengaruhi perilaku remaja saat ini, mulai dari pola asuh yang kurang, tekanan sosial, hingga akses tanpa batas ke konten negatif di internet,” ujar Dr. Nina Kartini, sosiolog Universitas Indonesia, dalam wawancara khusus, Senin (26/5).
Akar Masalah: Dari Rumah ke Lingkungan Sosial
Kenakalan remaja umumnya berakar dari krisis identitas dan pencarian jati diri yang tidak mendapat bimbingan tepat. Dalam banyak kasus, remaja yang terlibat kenakalan berasal dari latar belakang keluarga yang kurang harmonis, minim perhatian, atau justru terlalu represif.
Selain itu, tekanan dari lingkungan sebaya dan keinginan untuk “eksis” di media sosial sering kali mendorong mereka mengambil tindakan berisiko hanya demi pengakuan.
“Remaja butuh ruang berekspresi, tapi jika tidak diarahkan dengan baik, mereka bisa menyalurkannya lewat cara yang destruktif,” tambah Dr. Nina.
Dampak yang Tidak Sepele
Meski sering dianggap sebagai fase “nakal biasa”, kenakalan remaja menyimpan konsekuensi jangka panjang, baik bagi pelaku maupun masyarakat. Selain risiko hukum dan cedera fisik, banyak remaja kehilangan masa depan karena dikeluarkan dari sekolah, terjerat kasus kriminal, atau mengalami trauma psikologis.
Di sisi lain, masyarakat sekitar pun ikut terdampak akibat terganggunya rasa aman dan ketertiban sosial.
Peran Keluarga, Sekolah, dan Negara
Penanggulangan kenakalan remaja tidak bisa diserahkan pada satu pihak saja. Keluarga harus menjadi garda terdepan dalam membangun komunikasi dan menanamkan nilai-nilai moral sejak dini. Sekolah juga diharapkan lebih aktif dalam pembinaan karakter dan konseling siswa.
Pemerintah sendiri telah menggagas berbagai program seperti kegiatan ekstrakurikuler, penyuluhan, hingga patroli siber untuk mencegah pengaruh negatif dunia digital.
“Kita perlu pendekatan yang lebih manusiawi dan edukatif, bukan hanya hukuman. Karena mereka bukan penjahat, tapi anak-anak yang tersesat arah,” ungkap Kepala BNNP DKI Jakarta, Kombes Pol. Adi Wibowo.
Menatap Masa Depan
Mencegah kenakalan remaja adalah investasi sosial jangka panjang. Dengan memberikan ruang, bimbingan, dan kesempatan yang positif, generasi muda dapat tumbuh menjadi individu yang produktif dan berkontribusi bagi bangsa.
Seperti kata pepatah, anak muda adalah harapan masa depan. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita semua menjaga dan membimbing mereka dengan bijak.