Bukan COVID-19 ‘Jilid Dua’, China Ungkap Penyebab Pneumonia Misterius

Wajahsiberindonesia.com, International – China memastikan pneumonia ‘misterius’ yang belakangan dilaporkan teridentifikasi pada ratusan anak, bukan disebabkan varian baru SARS-Cov-2 alias COVID-19 ‘jilid dua’. Data menunjukkan infeksi kasus pneumonia berkaitan dengan mycoplasma pneumoniae, yakni infeksi bakteri umum yang biasanya menyerang anak-anak.
Infeksi ini diketahui beredar sejak Mei lalu. Bulan ini, pihak berwenang China mengeluarkan imbauan soal risiko penularan di tengah antrean yang ‘membludak’ pada beberapa RS. Meski begitu, otoritas setempat sampai saat ini belum menerapkan tindakan pencegahan penularan seperti yang dilakukan selama pandemi yakni kewajiban memakai masker, sampai menutup sekolah.

Sejauh ini, pemerintah juga menegaskan tidak ada kekhawatiran di publik terkait laporan peningkatan kasus mycoplasma pneumoniae. Dikutip dari Reuters, Bruce Thompson pakar terkait ilmu kesehatan masyarakat di Universitas Melbourne, mengatakan data awal menunjukkan tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

“Pada tahap ini, tidak ada yang menunjukkan bahwa itu mungkin varian baru COVID,” ujarnya.

“Satu hal yang perlu diperhatikan adalah kami dapat diyakinkan bahwa proses pengawasan berjalan baik, dan ini merupakan hal yang sangat baik.”

Para orang tua di Shanghai mengaku mereka tidak terlalu khawatir dengan wabah mycoplasma pneumoniae yang dilaporkan meningkat. Menurut mereka, meskipun gelombang penyakit ini tampaknya lebih parah, mereka memperkirakan gelombang penyakit tersebut akan segera mereda.

“Pilek terjadi di seluruh dunia,” kata Emily Wu, salah satu orang tua yang menemani anaknya di RS.

“Saya berharap masyarakat tidak menjadi bias karena pandemi kemarin, tetapi lihatlah ini dari sudut pandang ilmiah.”

Ibu lainnya, Feng Zixun, mengatakan dia menyuruh putranya yang berusia delapan tahun memakai masker dan mencuci tangan lebih sering, tetapi tidak khawatir berlebihan.

“Tidak seburuk itu, kini lebih banyak anak yang jatuh sakit, namun yang terpenting adalah masalah perlindungan,” katanya.

Sumber: Detikhealth