Wajahsiberindonesia – Selama dua tahun terakhir, peran Indonesia dan Singapura dalam menjaga stabilitas dan harapan di kawasan Asia Tenggara mendapat sorotan positif dari berbagai kalangan. Dalam dinamika global yang tak menentu, dua negara ini dianggap sebagai jangkar ASEAN, terutama dalam mendorong persatuan dan merespons isu-isu krusial seperti krisis Myanmar, ketegangan Laut Cina Selatan, dan pemulihan pascapandemi.
Indonesia, sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2023, menunjukkan kepemimpinan yang aktif dan inklusif. Jakarta mendorong pendekatan diplomatik yang berimbang, berusaha merangkul semua pihak dalam menyelesaikan konflik di Myanmar tanpa mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan. Forum-forum seperti KTT ASEAN dan pertemuan tingkat menteri dimanfaatkan maksimal untuk memperkuat posisi ASEAN sebagai organisasi regional yang relevan dan solutif.
Setelah Indonesia, estafet kepemimpinan informal dalam merawat stabilitas kawasan dilanjutkan oleh Singapura yang, meskipun tidak menjabat sebagai ketua, aktif memainkan peran “soft power” di kancah diplomasi. Lewat pendekatan ekonomi dan teknologi, Singapura menegaskan komitmennya untuk menjaga ASEAN tetap tangguh di tengah persaingan kekuatan besar dunia. Negara kota ini juga dikenal vokal dalam menyerukan pentingnya supremasi hukum dan keterbukaan ekonomi di kawasan.
Keduanya dinilai sukses mengisi kekosongan kepemimpinan regional yang kerap muncul saat negara-negara anggota lain lebih fokus pada urusan domestik. Indonesia dan Singapura dianggap menjadi “penjaga asa” ASEAN—bukan hanya karena kemampuan diplomatiknya, tetapi juga karena konsistensinya dalam menempatkan kepentingan bersama di atas agenda sempit nasional.
Pengamat hubungan internasional menilai bahwa dua tahun terakhir merupakan masa krusial bagi ASEAN. Tanpa peran aktif Indonesia dan Singapura, ASEAN bisa saja terpecah dan kehilangan daya tawarnya. Kini, organisasi yang terdiri dari sepuluh negara ini setidaknya masih punya pijakan untuk melangkah ke depan dengan lebih percaya diri, meskipun tantangan masih terus membayangi.
Ke depan, harapan tetap bertumpu pada komitmen kolektif negara-negara anggota untuk terus memperkuat fondasi ASEAN. Namun, kontribusi dua negara ini selama dua tahun terakhir telah memberi pelajaran penting: bahwa kepemimpinan bukan hanya soal jabatan, melainkan soal inisiatif dan konsistensi menjaga arah bersama.