Jurusan IPA, IPS, Bahasa akan Diaktifkan Kembali: Solusi atau Mundur ke Belakang?

Wajahsiberindonesia.com – Setelah lebih dari dua dekade menjadi pilar utama dalam sistem pendidikan menengah Indonesia, jurusan IPA, IPS, dan Bahasa resmi dihapus pada tahun ajaran 2024/2025 sebagai bagian dari implementasi Kurikulum Merdeka. Kebijakan ini bertujuan memberikan fleksibilitas kepada siswa untuk memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan rencana karier mereka. Namun, muncul wacana untuk mengaktifkan kembali sistem penjurusan tersebut. Pertanyaannya, apakah langkah ini merupakan solusi atau justru langkah mundur?

Tujuan menghilangkan diskriminasi terhadap jurusan non-IPA dalam seleksi masuk perguruan tinggi. Sebelumnya, jurusan IPA sering dianggap lebih bergengsi, sehingga banyak siswa memilihnya meskipun tidak sesuai dengan minat dan bakat mereka. Dengan sistem baru, siswa dapat memilih mata pelajaran yang relevan dengan tujuan studi atau karier mereka, seperti fokus pada Biologi dan Kimia untuk calon mahasiswa kedokteran tanpa harus mengambil Matematika tingkat lanjut.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa penghapusan jurusan juga menimbulkan tantangan. Beberapa siswa merasa kebingungan dalam menentukan mata pelajaran yang sesuai, dan guru menghadapi kesulitan dalam menyusun jadwal serta kurikulum yang fleksibel. Selain itu, tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai untuk mendukung sistem pembelajaran yang lebih individual ini.

Wacana untuk mengaktifkan kembali jurusan IPA, IPS, dan Bahasa muncul sebagai respons terhadap tantangan tersebut. Pendukungnya berpendapat bahwa sistem penjurusan dapat memberikan struktur yang lebih jelas bagi siswa dan memudahkan proses pembelajaran. Namun, hal ini juga berisiko mengembalikan stigma dan ketimpangan yang sebelumnya ingin dihapuskan.

Sebagai alternatif, mungkin perlu dikembangkan sistem hibrida yang menggabungkan fleksibilitas Kurikulum Merdeka dengan struktur penjurusan. Misalnya, menyediakan paket mata pelajaran yang disesuaikan dengan minat dan tujuan siswa, namun tetap memberikan panduan yang jelas. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh manfaat dari kedua sistem tanpa terjebak dalam kekakuan atau kebingungan.