Menurut Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah, hilal sudah akan terlihat pada Minggu, 30 Maret 2025, saat matahari terbenam. Karena hilal telah memenuhi syarat wujud, maka keesokan harinya, 1 Syawal 1446 H, jatuh pada 31 Maret 2025. Metode hisab yang digunakan Muhammadiyah berbeda dengan metode rukyatul hilal yang digunakan pemerintah, tetapi keduanya memiliki dasar ilmiah masing-masing dalam menentukan awal bulan Hijriah.
Keputusan Muhammadiyah ini biasanya akan dibandingkan dengan hasil sidang isbat yang dilakukan pemerintah melalui Kementerian Agama. Sidang isbat melibatkan berbagai pihak, termasuk ormas Islam dan ahli astronomi, serta menggunakan metode rukyatul hilal atau pengamatan langsung terhadap bulan sabit. Jika hasilnya sama, maka Idulfitri akan dirayakan serentak. Namun, jika berbeda, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga toleransi dan persaudaraan.
Penetapan awal Syawal yang berbeda bukanlah hal baru di Indonesia. Perbedaan ini kerap terjadi karena perbedaan metode yang digunakan oleh berbagai organisasi Islam dalam menentukan kalender hijriah. Meski demikian, perbedaan tersebut tidak mengurangi makna Idulfitri sebagai momentum kebersamaan dan kemenangan bagi umat Islam setelah menjalankan ibadah puasa selama satu bulan penuh.
Muhammadiyah mengimbau umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, untuk tetap menjunjung tinggi ukhuwah Islamiyah dalam menyikapi perbedaan. Semangat Idulfitri harus dijadikan ajang untuk mempererat persatuan, saling memaafkan, dan meningkatkan kepedulian sosial di tengah masyarakat. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan kasih sayang dan toleransi.
Dengan kepastian tanggal Idulfitri dari Muhammadiyah ini, masyarakat dapat mulai mempersiapkan berbagai hal, termasuk ibadah, mudik, serta silaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Semoga Idulfitri 2025 menjadi momen yang penuh berkah dan kebahagiaan bagi seluruh umat Islam di Indonesia dan dunia.