Temuan Arkeologi di Danau Sentani: Ulat Sagu, Pangan Bergizi dari Masa Lampau

Wajahsiberindonesia.com – Danau Sentani di Papua kembali menjadi sorotan para peneliti setelah ditemukan bukti konsumsi ulat sagu sejak ratusan tahun lalu. Dalam sebuah penelitian arkeologi terbaru, ditemukan sisa-sisa makanan yang mengindikasikan bahwa ulat sagu telah menjadi bagian penting dari pola konsumsi masyarakat di sekitar Danau Sentani sejak zaman prasejarah. Temuan ini memperkaya pemahaman tentang ketahanan pangan masyarakat Papua di masa lampau serta potensi ulat sagu sebagai sumber makanan bergizi tinggi.

Dalam penggalian yang dilakukan di beberapa situs pemukiman kuno di sekitar Danau Sentani, para arkeolog menemukan sisa-sisa ulat sagu yang diawetkan dalam endapan tanah. Bukti ini menunjukkan bahwa masyarakat setempat telah mengenal dan memanfaatkan ulat sagu sebagai makanan sejak zaman dulu. Ulat sagu diketahui kaya akan protein, lemak sehat, serta zat besi, menjadikannya sumber nutrisi penting bagi masyarakat tradisional.

Menurut para peneliti, ulat sagu tidak hanya dikonsumsi secara langsung, tetapi juga diolah dalam berbagai bentuk makanan, seperti dibakar, direbus, atau dicampur dengan bahan makanan lain. Metode pengolahan ini menunjukkan bahwa masyarakat Sentani kuno telah memiliki pemahaman mendalam tentang cara mengolah sumber pangan alami agar lebih tahan lama dan bernilai gizi tinggi. Tradisi ini ternyata masih berlanjut hingga kini, dengan ulat sagu tetap menjadi makanan favorit bagi banyak masyarakat Papua.

Selain sebagai sumber pangan, ulat sagu juga memiliki peran penting dalam budaya masyarakat Papua. Dalam beberapa ritual adat, ulat sagu sering disajikan sebagai hidangan istimewa untuk tamu kehormatan atau dalam upacara adat tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa makanan ini bukan sekadar kebutuhan pokok, tetapi juga memiliki nilai sosial dan budaya yang kuat.

Penemuan ini semakin memperkuat pentingnya pelestarian kearifan lokal dalam menjaga ketahanan pangan dan keberlanjutan ekosistem. Sagu sebagai sumber utama ulat sagu juga berperan besar dalam ekologi Papua, mendukung kehidupan masyarakat sekaligus menjaga keseimbangan lingkungan. Keberlanjutan budidaya sagu dan pemanfaatan ulat sagu secara bijak dapat menjadi solusi bagi ketahanan pangan masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan krisis pangan global.

Dengan adanya temuan ini, para ahli berharap masyarakat semakin menyadari nilai gizi dan budaya yang terkandung dalam pangan tradisional seperti ulat sagu. Tidak menutup kemungkinan, dengan penelitian lebih lanjut dan pengembangan teknologi pangan, ulat sagu bisa menjadi alternatif makanan bergizi yang lebih luas dikenal di kancah nasional maupun internasional.